BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan.
Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara siswa di dalam suatu
kelas.
Semua usaha yang dilakukan guru di dalam pembelajaran mengacu pada bagaimana memfasilitasi siswa mencapai kompetensi yang
sudah ditetapkan. Pencapaian kompetensi tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan secara langsung di dalam pembelajaran. Oleh
sebab itu guru mestinya merencsiswaan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif di dalam proses
pembelajaran.
Partisipasi siswa di dalam pembelajaran sebaiknya diberikan tanggapan balik oleh guru sehingga siswa termotivasi untuk
mengulangi aktivitas tersebut dengan kualitas yang lebih baik. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah siswa
berpartisipasi disebut penguatan atau reinforcement. Reinforcement berbeda dengan reward. Reward merupakan hadiah
keberhasilan siswa yang mencapai hasil memuaskan dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai bentuk penguatan dapat
dikombinasikan oleh guru, sehingga tidak terkesan mengada-ada, tidak alami atau tidak spontan.
Keterampilan dasar memberikan penguatan perlu dimiliki oleh seorang guru, karena terkadang guru suka bersikap dingin
terhadap respon yang diberikan siswa ketika di kelas. Sepertinya pemikiran tersebut tidak dihargai. Tentu hal ini dapat
mengakibatkan melemahnya motivasi dalam belajar. Tanpa motivasi, mungkin tidak akan tercipta pembelajaran yang kondusif.
Dengan demikian, seorang guru harus mampu untuk menjaga motivasi belajar siswanya agar dapat mencapai suatu hasil yang
optimal ketika melakukan suatu proses pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penguatan dalam pembelajaran?
2. Apakah komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan?
3. Bagaimana prinsip penggunaan penguatan?
4. Bagaimana cara penggunaan pemberian penguatan dalam pembelajaran?
5. Apa saja kelebihan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran?
6. Apa saja kelemahan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari penguatan dalam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan.
3. Untuk mengetahui prinsip penggunaan penguatan.
4. Untuk mengetahui cara penggunaan pemberian penguatan dalam pembelajaran.
5. Untuk mengetahui kelebihan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran.
6. Untuk mengetahui kelemahan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGUATAN
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu.Dalam
rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang
bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku
dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru
memberikan sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu materi pelajaran.
Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain :
1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan
kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan
meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. Penguatan
harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan
dalam memberikan penguatan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PENGUATAN
Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal
seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri
siswa.
Adapun tujuan dari pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah :
1. Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa,
siswa akan merasa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan semakin meningkat seiring
dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
2. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya
motivasi belajarnyapun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu
melalui penguatan.
3. Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa
belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan
renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari
perasaan takut salah dalam belajar.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan
khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses
pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui
pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
5. Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas
belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa
akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini
tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
C. KOMPONEN-KOMPONEN YANG TERDAPAT DALAM PEMBERIAN PENGUATAN
a. Penguatan Verbal
Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa agar berpartisipasi dalam pembelajaran
adalah lewat ucapan.Segala ungkapan kata-kata yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke
dalam penguatan verbal.
Beberapa contoh pemberian penguatan verbal :
1. Guru bertanya ,“Konsep apa yang diterapkan pada kapal laut?”
Beny mengacungkan tangan dan menjawab, “Hukum Archimedes, Bu!!”
Guru menanggap balik, “Ya benar. Bagaimana bunyi Hukum Archimedes?”
Beny menjawab, “Setiap benda padat yang dimasukan ke dalam zat cair akan mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang
dipisahkan.Gaya ke atas itulah yang membuat kapal terapung di dalam air.”
Guru menanggapi, “Hebat Beny. Kita beri tepuk tangan buat Beny.”
2. Pada saat belajar tentang tekanan, guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa ujung paku dibuat runcing?”
Sally menjawab, “Karena ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil, sehingga tekanan terhadap benda menjadi
besar.”
Guru menanggap balik, “Iya, lengkap sekali jawaban Santi,” atau “Betul, tepat sekali!!”
3. Pada saat belajar tentang pemuaian, guru meminta siswanya untuk menyebutkan aplikasi konsep pemuaian di kehidupan
sehari-hari.
Salah satu siswa menyebutkan, “Penyambungan rel kereta api, Bu!!”
Guru menanggapi balik, “Bagaimana dengan penyambungan rel kereta api?”
Siswa tersebut menjelaskan, “Pada daerah sambungan diberi jarak antara batang satu dengan lainnya, sehingga pada saat
panas batang tersebut memiliki tempat untuk memuai.”
Guru memberikan tanggapan balik, “Tepat sekali. Kamu memang pintar, Nak!!”
4. Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswanya. Jawaban dari siswa kurang benar. Guru tidak boleh berkata,
“Jawabanmu salah!!” atau “Bodoh sekali, Kamu!”. Seharusnya guru berkata, “Ya, jawabanmu sudah baik tetapi masih kurang
tepat. Ada pendapat yang lain?”.
Beragam ucapan-ucapan lain yang bisa dilontarkan guru secara spontan, kata yang digunakan diusahakan bervariasi agar tetap
segar dan bersemangat. Dengan ucapan atau tanggapan balik tersebut siswa merasa terpuji, dihargai, diberikan perhatian,
dan yang tidak kurang pentingnya adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat bermanfaat bagi dia.
b. Penguatan Non Verbal
Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan
saja.Banyak bentuk pemberian penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa.Bentuk-bentuk
perbuatan tersebut dapat dibedakan dalam kategori berikut.
1. Mimik dan gerak badan
Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang berinteraksi saling berhadapan. Selama proses
interaksi tersebut dipertahankan agar mimik muka atau wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-tampilan
lain yang menimbulkan kesan tidak simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru berlangsung
terus menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x 45 menit.
Selama selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan siswa berpartisipasi secara aktif dan untuk mempertahankan
kondisi positif tersebut guru secara berkesinambungan memberikan berbagai penguatan.Salah satu bentuk penguatan tersebut
adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa takjub dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis,
acungan jempol, dan lain-lain. Variasi-variasi tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Mendekati
Setiap siswa memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan temannya. Ada siswa yang senang dipuji dan
dibesarkan hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik, ada siswa yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan bangga
sesaat dari gurunya. Tapi ada siswa yang berharap lebih dari itu.Mereka lebih senang kalau guru berada di sampingnya saat
memberikan penguatan.
Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut.Sebaiknya guru berusaha memenuhi harapan tersebut. Karena tidak berat bagi
guru untuk berpindah dari depan ke tempat siswa yang baru saja memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang
diberikan, atau memberi penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk
penguatan yang lain, sehingga tidak terkesan hambar atau dingin.
3. Sentuhan
Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi sekelompok siswa. Bagi siswa yang
sudah memberikan jawaban pertanyaan, melengkapi jawaban temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan atau
meralat argumentasi temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan menyalami, menepuk-nepuk pundak siswa, membelai
kepala siswa atau sentuhan lain yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.
4. Kegiatan yang menyenangkan hati siswa
Guru yang profesional berusaha mengenal kecenderungan dan karakter semua siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal
seperti apa yang lebih disenangi oleh siswa. Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang melakukannya.
Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga dapat memilih aktivitas yang membuat siswa
senang. Misalnya, mengajukan pertanyaan yang bersifat kompetisi dalam menjawab, memperagakan sesuatu di depan kelas,
mengerjakan latihan berbentuk teka-teki silang, melakukan studi tour, atau memberikan tugas proyek dan banyak lagi
aktivitas lain yang dapat dipilih dan divariasikan.
Bentuk kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan kesenangan siswa di dalam belajar fisika.Misalnya, apabila kelas
tersebut dinominasi oleh siswa yang senang berolahraga. Pada saat mempelajari gerak dalam bidang, guru membawa siswa ke
lapangan untuk memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak melingkar, ataupun gerak pada bidang miring.
5. Simbol atau benda
Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan
mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara
aktif di dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut akan mendorong dia untuk tampil lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih bersemangat, juga ingin mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan
prestasi mereka dalam belajar fisika.Hadiah dapat memberi kebanggaan dan mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi
pada kesempatan berikutnya.
6. Penguatan tak penuh
Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau tidak benar tidak langsung disalahkan secara
kasar tetapi dengan memberikan penguatan tetapi tidak penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat”.
Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya
tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah.
D. PRINSIP PENGGUNAAN PENGUATAN
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran.Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan
beberapa prinsip pemberian penguatan, sebagai berikut.
a. Hangat dan Antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak
bersemangat. Aktivitas yang bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila
pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak
positif terhadap siswa.Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias,
siswa yang tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran.
Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap antusias yang ditampilkan guru dapat
menarik yang belum aktif menjadi aktif.
b. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa.Mereka merasa lebih percaya diri, merasa
dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung.Perasaan ini berdampak
terhadap mental mereka.Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya
diri.Dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan
bahwa belajar fisika membuat mereka jadi tahu banyak hal.Apa yang mereka ketahui tersebut membantu mereka menjawab
pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung.
c. Menghindari respon negative
Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut
keliru.Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif.Tidak langsung menyalahkan
atau menghakimi siswa di hadapan teman-temannya.Contoh :
· Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan. Guru berpikir mungkin si siswa sudah
paham, jadi demonstrasi itu tidak menarik buat dia.
· Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
menggunakan jangka sorong.
· Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca hasil pengukuran dan menyampaikan kepada
teman-temannya.
· Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan.
Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak langsung menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak
memperhatikan sewaktu guru menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk melaksanakan tugas itu dan siswa
tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang menggantikan tugas tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama.
Guru memberikan dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu mengeluarkan ucapan,
“Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok tahu!!”
Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya siswa yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang
terpengaruh, siswa lain akan ikut terkena dampaknya. Perasaan tenang yang dirasakan siswa-siswa lain bisa berubah menjadi
tertekan, takut, cemas, dan was-was akan menghantui mereka. Suasana yang tadinya santai dan nyaman bagi sebagian siswa
berubah menjadi menegangkan.Akibatnya mereka tidak konsentrasi lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal yang sama menimpa
mereka.
Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak mengenakan atau bersifat negatif, bukannya akan menjadi
bersemangat. Tetapi malah semakin mundur.Dia malu dengan guru dan teman-temannya.Merasa diadili, dipersalahkan, dinilai
tidak mampu, dan berbagai perasaan lainnya.Ini dapat berakibat tumbuhnya rasa antipati terhadap guru dan pelajaran fisika
dan menimbulkan ketidaknyamanan dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa benci.Jadi sebaiknya guru tidak pernah
memberikan tanggapan negatif terhadap siswa. Guru boleh menghukum atau memarahi siswa, tetapi harus dengan santun dan
penuh rasa kasih orang tua kepada siswanya.
d. Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau respon dari siswa.Penguatan yang ditunda
pemberiannya, cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif.Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan
hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada
waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
e. Variasi bentuk penguatan
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1 atau 2 jam pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90
menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk mempertahankan
semangat belajar.
Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu tersebut.Tentu saja beragam pula pertisipasi yang
bisa diberikan oleh siswa.Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan
penguatan.Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru harus pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang
mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil menganggukan kepala, lalu
mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu
terbatas.
E. CARA PENGGUNAAN PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN
Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain :
a. Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan. Karena apabila tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum
memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
b. Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya “Bapak sangat senang kalian menyelesaikan tugas ini
dengan baik”. Dapat juga memberikan sebuah penghargaan lain.
F. KELEBIHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan
tepat, antara lain.
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut
sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
G. KELEMAHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan
kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang
dilakukan siswa tersebut.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-
menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.
H. TEORI HUKUMAN
Hukuman yang diberikan kepada anak dalam pendidikan, karena kesalahan yang dilakukannya ada dalam bentuk yang bermacam-
macam. Tidak kesemuanya patut dan dapat digunakan dalam mendidik seorang anak. Berikut kami paparkan beberapa bentuk
hukuman tersebut, dan mana saja yang patut dihindari, agar tidak memberikan efek negatif dalam mendidik seorang anak.
1. Teori hukuman alam.
Teori hukuman alam tersebut mempunyai pandangan bahwa hukuman buatan itu tidak perlu diadakan seperti hukuman yang
diberikan secara sengaja oleh seseorang kepada orang lain yang melakukan kesalahan atau pelanggaran, tetapi hendaknya anak
dibiarkan berbuat salah atau pelanggaran biar alam sendiri yang akan menghukumnya.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Umar Muhammad Al-Taumy Al-syaibany bahwa “ alam natural bukan saja mencakup
segala mahluk yang akan tetapi juga merangkum sistem, peraturan atau undang-undang alam yang semua bagian alam tunduk
kepada dasar-dasarnya dan sesuatu itu terjadi atau berlaku mengikuti ketentuan persyaratan disekelilingnya.
Pandangan teori hukum alam ini menyatakan bahwa hukuman alam tersebut merupakan hukuman yang wajar dan logis sebab
merupakan akibat dari perbuatannya sendiri.
Seperti anak yang senam memanjat pohon adalah wajar dan logis, apabila suatu ketika ia jatuh. Jatuh ini merupakan hukuman
menurut alam sebagai akibat dari perbuatannya sering memanjat pohon. Dengan pengalamannya tersebut anak merasa akibatnya
dan akan belajar sendiri dengan pengalamannya.
2. Teori hukuman balas dendam.
Dalam hal ini biasanya diterapkan karena si anak pernah mengecewakan seperti si anak pernah mengejek atau menjatuhkan
harga diri guru disekolah atau pada pandangan masyarakat dan sebagainya.
Memperhatikan pendapat diatas maka hukuman ini adalah hukuman yang paling jahat yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
dalam dunia pendidikan.
Hal ini terjadi mungkin pendidik kecewa baik kekecewaan itu karena orang lain yang akibatnya siswa kena sasaran hukuman
atau oleh karena siswa sendiri. Sehingga pendidik mencari kesempatan kapan ia dapat menghukum atau membalas terhadap siswa
tersebut, baik hukuman itu secar langsung kepada siswa atau tidak.
Dalam hal ini nampaklah teori ini kurang tepat dengan ilmu mendidik bila seorang guru sampai menggunakan hukuman dengan
teori balas dendam tersebut, namun demikian bila memang terpaksa seorang pendidik menggunakan teori balas dendam juga
tidak ada salahnya, asal masih dalam garis kepentingan demi tercapainya tujuan pendidikan bukan karena kepentingan
pribadi.
3. Teori hukuman ganti rugi
Menurut teori ini siswa yang melakukan kesalahan diminta untuk bertanggung jawab atau menggung resiko dari perbuatannya.
Sebagai akibat ia harus mengganti atau menanggung resiko dari perbuatannya misalnya, siswa yang berkejar-kejaran dikelas
kemudian memecahkan kaca jendela itu.
Kebaikan dari teori ini adalah :
a. Siswa belajar disiplin dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
b. Dapat menimbulkan perasaan jara, sehingga siswa dapat berhati-hati untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Sedangkan dampak negatifnya, teori ini adalah :
a. Bagi siswa yang mampu tidak ada kesan terhadap hukuman yang diterima tersebut.
b. Bagi siswa yang tidak mampu terasa berat sekali.
4. Teori hukuman menakut-nakuti.
Menurut teori ini hukuman diberikan untuk menakut-nakuti anak , agar anak tidak melakukan pelanggaran atau perbuatan yang
dilarang. Dalam hal ini nilai didik telah ada, namun perlu diingat oleh para pendidik jangan sampai anak itu berbuat
kesalahan lagi, hanya rasa takut saja. Melainkan tidak berbuat kesalahan lagi karena boleh jadi anak akan tunduk hanya
dilandasi takut saja kepada pendidik, maka jika tidak ada pendidik kemungkinan besar sekali ia akan mengulangi
perbuatannya. Ia akan melakukan perbuatannya secara sembunyi, jika terjadi demikian maka dapat dikatakan bahwa nilai didik
dan hukuma itu sangat minim sekali.
5. Teori hukuman memperbaiki.
Menurut teori ini hukuman diberikan untuk memperbaiki siswa yang berbuat salah dengan harapan agar selanjutnya tidak
melakukan kesalahan lagi atau insaf atas kesalahannya, insaf yang timbul dari kesadaran hatinya, sehingga tidak ingin
mengulangi lagi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Umar Hamalih “ Penyadaran atas hal-hal yang menyebabkan
kegagalan ini perlu sekali dengan maksud agar dengan usaha sendiri ( Self Direction ), kita dapat mengatasinya dan
memperbaikinya.
Agar siswa insaf, maka pendidik harus memberikan penjelasan diwaktu menjatuhkan hukuman dalam hal apa mereka salah dan apa
akibat dari perbuatannya itu. Dengan demikian siswa akan memahami segala tingkah laku dan akibat dari perbuatannya. Hal
semacam ini akan membawa siswa pada kematangan berfikir dan kedewasaan.
Dengan uraian diatas berarti hukuman tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara pedagogis apabila :
a. Hukuman tersebut dapat menginsafkan siswa atas perbuatannya yang salah.
b. Siswa mempunyai pengertian tentang akibat perbuatan yang baik dan buruk.
c. Berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi atau berjanji untuk memperbaiki kesalahannya dan akan melakukan
hal-hal yang baik.
Karena hal-hal yang demikianlah hukuman yang bersifat memperbaiki sering disebut hukuman pedagogis. Jadi hukuman itu dapat
diterapkan dalam pendidikan terutama hukuman yang bersifat pedagogis, menghukum bila perlu jangan terus-menerus dan
hindarilah hukuman jasmani.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu.
Komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan, antara lain penguatan verbal dan penguatan non verbal.
Penguatan verbal adalah respon yang ditunjukkan secara lisan atau ucapan terhadap suatu perilaku.Penguatan non verbal
adalah respon yang ditunjukkan dengan perbuatan-perbuatan yang berupa mimik, gerak badan, mendekati siswa, menyentuh, hal
yang menyenangkan hati siswa, simbol atau benda, dan penguatan tak penuh.
Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, antara lain memberikan
kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, menghindari respon negatif, pemberian penguatan dengan segera, dan memvariasikan
bermacam-macam bentuk penguatan.
Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain penguatan kepada pribadi tertentu dan penguatan kepada kelompok.
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara
lain dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi, dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan
produktif, dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri, dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif,
dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Pemberian penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut akan menyebabkan siswa
enggan belajar. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal.
B. DISKUSI DAN TANYA JAWAB
PERTANYAAN :
1. Bagaimana cara guru memberikan penguatan agar tidak menimbulkan respon negatif/sikap sombong bagi siwa yang
diberikan penguatan ?
- Melalui pendekatan personal untuk memberikan respon positif pada siswa diluar kegiatan pembelajaran kelas.
- Usahakan guru menjauhkan diri dari respon negative dalam pemberian penguatan.
2. Apa maksud dari memupuk rasa kerja sama dalam manfaat pemberian penguatan?
- Melibatkan seluruh anggota peserta didik dalam pembelajran sehingga guru tidak memberikan kesan hanya terpusat pada
satu siswa saja dalam kelompok tertentu.
- Menumbuhkan rasa percayadiri sesama anggota kelompok sehingga terciptanya diskusi yang aktif dan tidak ada anggota
kelompok yang pasif.
Bagaimana contoh konkrit dari penjelasan yang dimaksud ?
- Satu siswa di dalam kelompok dapat menjelaskan informasi pada anggota kelompok yang lain serta guru saling
mengingatkan untuk memberikan kesempatan mengungkapkan pendapat dan bertanya kepada teman sekelompoknya.
3. Bagaimana cara memberikan penguatan bagi anak yang pasif ?
- Guru memberikan penguatan secara berulang dengan menggunakan stimulus, agar siswa tersebut dapat melakukan kegiatan
yang bersifat normatif sehingga siswa akan terbiasa dan tidak menjadi pasif lagi.
4. Bagaimana cara guru dalam mengatasi kesan bohong/pura-pura dalam memberikan penguatan kepada peserta didik ?
- Dengan memberikan penguatan setulus-tulusnya dan menggunakan kata-kata yang sekiranya tidak menyinggung perasaan
peserta didik.
5. Jelaskan bagaimana cara guru yang kurang respon dalam menanggapi pendapat siswa sebagai keterampilan dalam
memberikan penguatan?
- Menghindari hal-hal yang harus dihindari dalam komponen keterampilan penguatan, oleh karena itu kita sebagai calon
pendidik mempelajari mata kuliah ini untuk mengatasi hal tersebut.
6. Apakah maksud dari modifikasi perilaku seorang guru dalam memberikan penguatan?
- Yang dimaksud modifikasi tingkah laku guru dalam pemberian penguatan adalah perubahan tingkah laku guru untuk
memberikan umpan balik atau respon pada siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi agar siswa
mengulang kembali sikap positifnya.
C. SARAN
a. Saran untuk Pembaca
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca terutama untuk para calon guru atau pendidik dapat lebih mengetahui
keterampilan dalam memberikan penguatan dalam proses pembelajaran. Sehingga hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin
dengan baik, dan suasana di dalam kelas tercipta menyenangkan dan tidak tegang.
b. Saran untuk Pendidik
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pendidik yang sebelumnya tidak pernah atau jarang dalam memberikan penguatan
menjadi tahu bahwa penguatan dalam proses pembelajaran sangat penting dikarenakan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Sebaiknya para pendidik menghindari respon negatif, karena hal tersebut dapat membuat siswa tertekan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, didik. 2013. Keterampilan Memberikan Penguatan dalam Proses Pembelajaran. (Online).
(https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses tanggal
4 April 2015)
Fakhrudin. 2011. Bentuk dan Teori Hukuman dalam Pendidikan Anak. (Online).
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/bentuk-dan-teori-hukuman-dalam-pendidikan-anak-348060.html. Diakses tanggal 7
April 2015)