Tampilkan Yang Sebenarnya !


Oleh Syahril Hidayat


             Tahun baru, semester baru dan pemimpin baru. ya semoga resolusi yang baru menghadirkan suana politik yang membaik, meredakan hingar bingar kisruh kejelasan politik kampus pasca pemilihan. Kita membutuhkan sosok pemimpin saat ini adalah seorang pemimpin intelektual. Bukan saja kreatif, terbuka dan gelisah melainkan juga mempunyai keperihatinan yang mendalam terhadap persoalan-persoalan mahasiswa, aturan dan kehidupannya. Dengan keperihatinan dan kreativitas seorang intelek mestilah tertuju sepenuhnya pada penanggulangan permasalahan kampus, baik dalam konteks internalnya sendiri, unit-unit kegiatan, maupun hubungan antar dan luar kampus.

               Besar harapan seorang pemimpin yang kita butuhkan saat ini adalah seorang intelek yang tidak hanya berfikir bagaimana organisasi yang dia jauh lebih eksis, karena yang dia tampilkan di muka umum hanya segelintir yang baik-baik saja, persoalan bobroknya sebuah kegiatan mana mau “ia” tampilkan. Kebopengan sana-sini seolah ditambal bedak seakan lebih menarik dipandang publik. Kendatipun publik menganggap hal ini persoalan yang sudah biasa.

               Keintelektualan seorang pemimpin, akan lebih mencerna mana yang memang benar-benar dibutuhkan untuk menanggulangi permasalahan, tanpa luntur karena tawaran diplomatis demi kepentingan seorang pribadi, unit tertentu, atau yang lebih tinggi dari itu. Inilah yang sebenarnya sudah mendesak dibutuhkan. Demi merangkai kegagalan-kegagalan masa lalu dan mengubahnya menjadi kekuatan yang mengakar untuk perubahan lebih baik masa kini dan masa depan.

              Lebih baik menjadi penonton dari pada pelaku dalam kebobrokan. Tak semua penonton itu hanya bisa tertawa, disana ada dukungan, pujian, dan bahkan kritikan yang memotong langkah pada arah kebijakan.




sedikit yang didapat dari bahan bacaan. ..


"Organisasi adalah tangga kekuasaan dan politik adalah cara untuk menaiki tangga tersebut." -Menurut pribadi(syahril).

Siapa yang berhasil memanipulasi kegelisahan dan keperihan perasaan mereka yang merasa tertidas, akan serta merta membuahi

dukukangan politik di dalam setiap peristiwa politik, seperti pemilu misalnya.-esai politik.

Pemimpin besar melihat dengan hati dan bertindak dengan nurani, baru dengan akal dan keterampilannya mendesain tatanan dunia baru yang lebih baik. pertanyaannya adalah  apakah pendidikan hati sudah dijalani para pemimpin-pemimpin baru ini - kompas.

Post a Comment